3 Tujuan ngeblog – Seseorang yang saya kenal pernah berkata begini di awal-awal saya ngeblog. Waktu itu saya sudah resign dari pekerjaan saya dan memutuskan untuk menjadi stay at home mom.
“Kayaknya blog itu udah gak zaman, deh. Sekarang ‘kan zamannya YouTube!”
Saya waktu itu cuma tersenyum tipis dan memaklumi pandangannya itu. Kemungkinan besar yang dilihatnya adalah perbandingan penghasilan antara bloger versus youtuber. Mungkin yang jadi patokannya adalah youtuber seperti Atta Halilintar atau Ria Ricis, gitu.
Sebenarnya, kalau orangnya mau bumbata (buka mata buka telinga), pasti dia tidak akan sok tahu seperti itu. Maaf ya kalau misalnya Anda membaca ini 😛
Sementara itu, salah seorang rekan saya yang lain berpendapat bahwa menulis di blog itu terkesan “bersembunyi”. Mungkin menurutnya, lebih bagus menulis status di facebook saja karena lebih “terbuka” dan praktis. Para pembaca tidak perlu nge-klik tautan segala, gitu.
Yang ini juga saya maklumi karena orangnya adalah “anak facebook”. It’s okay untuk berpendapat demikian, Sob! 😉
Daftar Isi
Lebih Mengenal Blog, Yuk!
Dua pendapat itu mungkin mewakili segelintir orang yang kurang memahami apa itu blog. Definisinya sih sudah bertebaran di internet sejak dahulu, tetapi mungkin sering dianggap angin lalu.
Jadi, blog itu adalah kependekan dari weblog. Istilah weblog ini diciptakan oleh Jorn Barger pada tahun 1997. Lantas, penyebutannya menjadi lebih sederhana lagi yaitu blog. Ini diawali oleh Peter Merhozl pada tahun 1999. Pada tahun tersebut, blog menjadi populer sekali.
“Kata blog inilah yang dipakai sampai saat ini untuk menyebut sebuah jurnal atau catatan yang diterbitkan di internet. Biasanya blog berisi informasi berbentuk tulisan sebagai konten pada sebuah halaman web.” – BukuNgeblog dari Nol halaman 3
Lalu apakah benar bahwa blog itu sudah ketinggalan zaman?
Hoho… Secara data dan fakta, jumlah blog yang tayang di internet tidak berkurang sejak tahun 2019, kok. Ada sekitar 600 juta blog menurut GrowthBadger. Sebenarnya, keberadaan blog juga bukan merupakan pesaing dari jejaring sosial seperti Facebook atau Instagram. Ketiganya bisa saling terhubung dan menjadi “teman akrab”.
Kalau soal “malas” untuk nge-klik tautan blog, itu lain lagi ceritanya, sih. Itu adalah masalah selera yang tidak bisa dipaksakan. Apalagi jika terbiasa membaca status di facebook yang “langsung terhidang”, gitu. Membaca tulisan di blog (mungkin) terkesan ribet bagi mereka yang “ingin praktis” itu.
Nah, mari kita simak secara global. Faktanya, konten blog (terutama yang isinya rinci dan mendalam) itu lebih bisa bertahan lama di internet. Orang-orang yang berselancar di dunia maya -dan melakukan pencarian melalui search engine seperti Google- masih terus mengakses blog dan segala informasinya. Ini karena blog adalah alat SEO (Search Engine Optimization) yang baik.
Coba deh ketik kata kunci “rekomendasi novel remaja” di Google. Selain penampakan online shop, yang muncul di halaman pertama adalah beberapa artikel website atau blog. Baru deh di bawahnya ada konten Youtube juga.
Intinya, mereka yang kontra terhadap blog itu boleh-boleh saja, kok. Yang pasti, blog adalah juga bentuk dari media sosial yang saat ini masih terus bertahan dan dianggap penting keberadaannya.
Tujuan Ngeblog ala Ibu Rumah Tangga
Saya tidak bisa melarang orang lain untuk berpendapat. Yang harus saya atur adalah diri saya sendiri, termasuk soal tujuan saya ngeblog. Kalau saya sudah menetapkan tujuan saya sendiri, pendapat orang lain cukup saya senyum-i 🙂
Jadi, berikut ini adalah 3 tujuan ngeblog saya. Lebih spesifiknya adalah 3 tujuan ngeblog ala ibu rumah tangga, yaitu:
1. Menjaga Kesehatan Jiwa
Saya memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya sejak pertengahan tahun 2014. Sambil menjalani promil anak kedua, saya menyibukkan diri dengan mengikuti kegiatan ini-itu. Salah satunya adalah mulai menulis di blog gratisan.
Tentu, saat itu saya sudah punya akun facebook dan lumayan aktif nyetatus juga. Namun, rasanya ada bedanya ketika saya menulis panjang lebar di blog dengan menulis di facebook. Saat itu, yang saya butuhkan memang banyak menulis. Saya malah belum ingin dikomentari.
Kalau saya nyetatus di facebook, biasanya komentar langsung berdatangan. Padahal saya hanya ingin menulis dan saat itu sedang malas berbalas-balasan komentar. Rupanya, jiwa saya sedang lelah. Bagi jiwa yang lelah seperti itu, mengeluarkan uneg-uneg adalah sebuah kelegaan dan tidak ingin “dibebani” lagi dengan beragam pertanyaan.
Begitulah. Menulis itu memang menyehatkan jiwa. Saya bisa mengeluarkan pendapat dan opini secara terstruktur dan rapi. Sebenarnya, media menulisnya bisa apa saja. Namun, saya merasa “klik” dengan blog dan segala perintilannya.
Menulis di blog memang tidak sekadar menulis. Masih ada teknik-teknik lain yang perlu dipelajari. Menurut saya, ini hampir sama dengan memasak, kok. Saya harus berbelanja bahan-bahan, meracik bumbu, telaten mengolahnya, dan nantinya menghidangkan hasil masakan di atas meja.
Capek? Pasti. Asyik? Iya, dong.
Jadi, ngeblog itu memang sarana menyehatkan jiwa bagi saya. Urusan rumah tangga dan anak jadi terasa lebih ringan dijalani karena saya punya “hiburan lain” yang menyenangkan yaitu yaitu ngeblog.
2. Memperluas Pergaulan
Lambat laun, ketika saya mulai mengenal blog lebih jauh, saya tidak keberatan lagi untuk dikomentari. Ya, blog itu juga mudah diakses oleh orang lain, kok. Kalau mereka membaca dan tertarik dengan isinya, pasti para pembaca itu juga meninggalkan komentar. Kecuali yang sengaja berkomentar spam, ya.
Seperti halnya profesi lain, bloger juga punya perkumpulan atau komunitas. Setelah saya masuk komunitas, saya mulai berkenalan dengan bloger lain. Kami bersilaturahmi melalui blog-walking ataupun berkenalan lebih jauh secara personal.
Saya yang saat itu punya bayi dan sedang LDR dengan suami, jadi tetap bisa bergaul dengan bloger lain. Lebih banyak secara virtual, sih. Namun, itu sudah cukup buat saya. Di kemudian hari, ketika saya mulai menghadiri blogger event secara offline, pengalaman dan kenalan saya bertambah lagi. Alhamdulillah.
Tujuan ngeblog yang satu ini adalah lanjutan dari pilihan saya menjadi bloger. Insyaallah, memperluas pergaulan ini masih terus berlanjut. Saya masih terus berproses untuk mengenal lebih banyak orang dengan beragam latar belakang mereka yang unik.
3. Mendapatkan Penghasilan Tambahan
Siapa bilang kalau ngeblog itu tidak bisa menghasilkan uang? Bisaaa!
Tentu, perlu kesabaran ekstra untuk sampai di titik itu. Seperti kaidah umumnya: jika kita ahli di sebuah bidang, pasti kita bisa menghasilkan uang dari situ.
Saya sendiri pernah membuktikannya melalui lomba blog, content placement, dan job review. Padahal saya masih memakai mode santuy, tetapi “bau rupiah”-nya beberapa kali pernah saya cium. Belum banyak yang saya dapatkan, tetapi faktanya sudah jelas: ngeblog bisa menjadi jalan mendapatkan penghasilan tambahan.
Begitulah. Blog masih banyak dipilih oleh perusahaan atau organisasi untuk mempromosikan usaha, produk, atau kampanye mereka. Dari situlah penghasilan para bloger diperoleh (di luar Google AdSense).
Salut buat para bloger yang sudah berada pada posisi full time blogger atau professional blogger. Biasanya mereka sudah bisa mendapatkan “penghasilan tetap” dari ngeblog. Beberapa di antaranya yang saya tahu adalah para ibu rumah tangga.
Ibu rumah tangga bisa bekerja dan menghasilkan uang dari rumah? Bisa, dong!
Kesimpulan
Selama 13 tahun-an saya telah bekerja di luar rumah. Ketika harus (banyak) berada di rumah saja, ternyata tugas menjadi ibu rumah tangga itu berat juga. Saya rasa, memutuskan untuk menjadi bloger dan punya tujuan ngeblog sejak awal merupakan keputusan tepat yang saya ambil. Insyaallah.
Dari 3 tujuan ngeblog di atas, poin pertamalah yang paling utama saya bidik. Ya, kesehatan jiwa ibu rumah tangga itu sama pentingnya dengan kesehatan raga. Dengan ngeblog, jiwa saya seperti di-charge kembali.
Bagaimana dengan teman-teman bloger semua? Apa tujuan ngeblog Anda?
Salam,
Referensi:
Buku “Ngeblog dari Nol” (2021) by IIDN