Pada hari Jumat malam beberapa pekan yang lalu, suami saya yang bekerja di Surabaya terlambat pulang ke rumah. Ada apakah gerangan?
“Tadi sebenarnya pulang agak awal, lalu diajak Pak Bos dan beberapa teman untuk bertakziyah di daerah Karangploso. Pulangnya kami ngadem ke Alun-alun Batu dulu,” jelas suami saya.
Saya mengangguk-angguk sekaligus mupeng. Duh, Batu. Sudah lama sekali saya tidak ke sana. Terakhir kali pergi ke Batu sebelum saya hamil dulu. Saat itu saya, suami, dan Afra menikmati keindahan Taman Selecta, Batu.
Sepanjang saya belum pergi ke sana lagi, berseliweran info ini-itu tentang perkembangan Kota Batu. Paling banyak yang diberitakan dan dibicarakan tentu saja adalah sektor pariwisatanya.
Seorang kerabat pernah berkata, “Beruntung banget ya sampean tinggal di Malang. Destinasi wisatanya keren-keren. Pasti sampean sering main-main ke Batu dong, ya?”
Saya terkekeh. Dikiranya rumah saya yang terletak di Kabupaten Malang itu dekat dengan Batu, padahal lumayan jauh. Sekitar 28 kilometer lah. Tapi saya mengiyakan tentang fakta kerennya Kota Batu. Saya kira setiap orang yang pernah ke sana pun akan rindu untuk kembali lagi.
Berbicara tentang Kota Batu, inilah 4 fakta yang berkaitan dengan kota berhawa sejuk itu yang sebaiknya kita tahu.
1. Asal-usul Nama Kota Batu
Menurut wikipedia, nama Batu berasal dari kata “Mbah Tu”, yaitu nama panggilan untuk Mbah Wastu. Konon, beliau adalah orang yang kali pertama melakukan babad alas alias membuka kawasan hutan di wilayah itu untuk dijadikan tempat tinggal.
Mbah Wastu nama aslinya adalah Abu Ghonaim. Beliau adalah seorang ulama dari Jawa Tengah yang merupakan pengikut Pangeran Diponegoro. Beliau melarikan diri dari kejaran Belanda pasca Perang Diponegoro meletus (sekitar tahun 1830).
Setelah melakukan babad alas, lambat laun orang berdatangan ke tempat Mbah Wastu untuk berguru atau menimba ilmu agama dari beliau. Wilayah yang saat itu mereka tempati adalah daerah Bumiaji, Sisir, dan Temas.
2. Batu Tidak Termasuk Wilayah Kota/Kabupaten Malang
Kota Batu yang memiliki luas sekitar 202.30 kilometer persegi ini dulu sebenernya masuk dalam wilayah Kabupaten Malang. Lalu pada tanggal 6 Maret 1993, Batu ditetapkan menjadi kota administratif.
Masih ingat dengan definisi kota administratif, kan? Yups, ini adalah kota yang bisa menyelenggarakan pemerintahannya sendiri tapi bukan termasuk daerah otonom seperti kotamadya atau kabupaten. Kota administratif tidak memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sehingga Walikota administratif bertanggung jawab kepada bupati kabupaten induknya.
Kota administratif kemudian dihapus sejak diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999. Nah, Kota Administratif Batu pun berubah menjadi Kota Batu pada tanggal 17 Oktober 2001 melalui ketetapan UU RI No. 11/2001. Kota Batu pun resmi menjadi kota otonom hingga hari ini.
Jadi jika ada orang menyebut “Kota Batu di Malang”, sebenernya itu tidak tepat. Yang benar adalah Kota Batu termasuk dalam wilayah Malang Raya bersama Kota Malang dan Kabupaten Malang.
3. Dua Julukan Kota Batu
Sebagaimana kota-kota lain, Batu juga memiliki julukan. Pertama, sejak dulu Batu dijuluki sebagai De Kleine Switserland van Java atau Swiss Kecil di Pulau Jawa. Tak heran, dulu para petinggi Belanda gemar pelesiran di Kota Batu yang memang memiliki pesona alam yang indah.
Hawa kota wisata ini cukup sejuk, berkisar antara 11 sampai 19 derajat celcius. Ada 5 gunung yang mengelilingi Batu di empat penjuru mata angin, yaitu: Gunung Welirang dan Gunung Arjuna di sebelah utara, Gunung Panderman di sebelah selatan, Gunung Banyak di sebelah barat, dan Gunung Wukir di sebelah timur. Nah, bisa dibayangkan keindahannya, bukan?
Taman Selecta yang saya sebutkan di atas adalah salah satu destinasi wisata yang dibangun oleh seorang warga Belanda yang bernama Ruyter de Wildt sekitar tahun 1920-1928. Presiden dan Wakil Presiden RI ke-1, Soekarno-Hatta, disebutkan gemar beristirahat di Batu dan mengunjungi Taman Selecta yang tetap populer hingga sekarang.
Kedua, Kota Batu dijuluki sebagai Kota Apel. Ya, wilayah Batu merupakan salah satu penghasil apel terbesar di Indonesia. Varietas yang paling dikenal adalah Apel Rome Beauty, Apel Manalagi, dan Apel Anna. Jika teman-teman mengunjungi Alun-alun Batu, ada Tugu Apel yang berdiri kokoh di sana sebagai icon Kota Batu.
4. Pergi ke Batu Melatih Kesabaran
Selain Alun-alun Batu dan Taman Selecta, banyak destinasi wisata bagus di Batu seperti: Kusuma Agrowisata, Jatim Park 1, Jatim Park 2, Jatim Park 3, Batu Night Spectacular (BNS), Museum Angkut, Eco Green Park, dan lain-lain. Kesemuanya menyedot minat wisatawan dari berbagai penjuru di Indonesia.
Tak heran, setiap weekend dan libur panjang, Batu selalu dipadati pengunjung. Volume kendaraan membludak, sementara ruas jalan tidak bisa bertambah. Ini tentu saja menyebabkan kemacetan panjang di setiap ruas jalan yang menuju ke arah Batu.
Jujur, sebenarnya itu juga yang membuat saya berpikir dua kali saat berniat pergi ke Batu di akhir pekan. Maunya sih pergi saat weekday, gitu. Tapi belum kesampaian sampai sekarang. Lha wong suami saya ada di rumah pas akhir pekan. Maap, curcol. Hihi…
Sebenarnya kemacetan itu adalah hal biasa di masa kini. Kunci untuk diri sendiri adalah bersabar saat berada di dalamnya. Mereka yang tidak punya pilihan seperti wisatawan yang jauh-jauh datang ke Batu di akhir pekan, biasanya akan tetap nekat walaupun harus bertemu kemacetan.
Nah, teman-teman yang berencana pergi ke Batu, pilihannya hanya dua: choose the weekday or stay cool in the middle of weekend’s traffic jam. Kalau akhirnya bertemu dengan kemacetan, yakinlah bahwa kesabaran teman-teman akan terbayar dengan hal-hal indah setelahnya.
Salam,
Sumber gambar: IG @explore_batu