It’s Okay to Not Be Okay, tidak apa-apa jika kita sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja. Teman-teman pernah mendengar frasa seperti ini? Atau baru mendengarnya belakangan ini? Jika ya, mungkin itu karena pengaruh kuat dari drama Korea It’s Okay to Not Be Okay yang pemberitaannya berseliweran dimana-mana.
Ya, sejak tayang perdana pada tanggal 20 Juni 2020 hingga berakhir pada 9 Agustus 2020 yang lalu, drama ini terus menjadi perbincangan hangat. Di Korea Selatan menjadi hot topic, pun kutipan-kutipan drama ini menjadi buah bibir tak henti-henti di kalangan pecinta drama di berbagai penjuru dunia.
Akhir pekan kemarin, bahkan di twitter muncul hestek #ItsOkayToNotBeOkayEp17 Pastinya itu kerjaan kaum gagal move on. Lha wong dramanya cuma sampai episode 16 saja, sebagaimana jumlah episode drama pada umumnya. Eh, kok hestek-nya diada-adain oleh para warga twitter yang terlalu kreatif itu. Ada juga video meme di instagram yang menceritakan It’s Okay to Not Be Okay episode halu alias episode 17 itu tadi. Sudah habis, euy! Terimalah kenyataan ini wahai para pecinta rusa! 😀
Selamat Datang Lagi Kim Soo Hyun, Si Aktor Termahal Korea!
Saya termasuk yang menantikan drama ber-genre psychological romance ini jauh-jauh hari. Tak lain karena ini adalah drama comeback-nya Kim Soo Hyun, dongsaeng saya, nih. Iyes, dia tuh sepantaran adik laki-laki saya yang bungsu. Saya masih ingat saat menulis buku antologi yang kedua pada tahun 2015, Kim Soo Hyun dan Jun Ji Hyun saya sebut di dalam buku itu. Saking terkesannya saya dengan chemistry mereka berdua di drama My Love from The Star yang populer pada tahun 2013-2014 itu.
Saya sempat off nge-drakor selama hamil dan sekitar tiga tahunan ini. Pastinya lebih fokus ke si kecil dan mulai menata kembali agenda ngeblog sembari momong. Sekadar melihat cuplikan info drakor saja, gitu. Untunglah Kim Soo Hyun juga off tidak membintangi drama pasca The Producer (2015). Jadi, walaupun saya tertinggal banyak drama lain, yang penting tidak ketinggalan dramanya Dek Soo Hyun. Saya skip juga film Real (2017) yang dibintanginya bareng almarhumah Sulli. Ah, sudahlah!
Setelah Kim Soo Hyun menjalani wajib militer pada tahun 2017-2019, dia muncul lagi sebagai cameo di drama Hotel Del Luna (2019) dan Crash Landing on You (2019-2020). Dua kemunculan sesaatnya yang bikin heboh itu tak terlupakan hingga kini.
Akhirnyaaa… Kim Soo Hyun tampil juga sebagai lead male di drama Psycho But It’s Okay atau yang lebih dikenal dengan It’s Okay to Not Be Okay pada pertengahan tahun ini. Fiuhh… Udah semacem pemilu aja nih, nunggu lima tahun!
Kenapa Kim Soo Hyun disebut sebagai aktor termahal? Ya karena pada drama It’s Okay to Not Be Okay ini dia dibayar 200 juta won per episode atau sekitar 2,4 miliar rupiah. Kalikan saja dengan 16 episodenya. Duit semua itu, bukan daun! Hasilnya tidak mengecewakan, dong. Dia dibayar mahal dan membuktikan dengan kualitas akting yang oke punya saat memerankan tokoh Moon Gang Tae di drama ini.
Penampilan Apik Seo Yea Ji dan Oh Jung Se, Naskah Indah Jo Yong Jagganim
Lead female drama ini diperankan oleh Seo Yea Ji sebagai Ko Moon Young. Artis cantik pemilik deep voice ini sejak Januari 2020 berada di agensi yang sama dengan Kim Soo Hyun, Gold Medalist. Pada Februari 2020, ada kabar keduanya akan main drama bareng. Waktu itu saya baru ngeh jika Seo Yea Ji pernah menjadi supporting cast di film-nya Yoo Seung Ho, Seondal: The Man Who Sells The River (2015). Oalah, baru inget.
Baru ngeh juga kalau Seo Yea Ji adalah Princess Sook Myung di drama Hwarang: The Poet Warrior (2016-2017). Saya memang belum nonton drama Yea Ji yang lain: Lawless Lawyer (2018) dan Save Me (2017). Sekadar tahu infonya saja, sih. Maap ya, Dek Yea Ji.
Setiap bintang punya waktunya sendiri untuk bersinar dan ini adalah golden moment bagi Seo Yea Ji. Pasca It’s Okay to Not Be Okay, namanya jelas melejit dan menurut saya dia pantas masuk sebagai nominee dalam ajang penghargaan seperti Baeksang Arts Award tahun depan. Tak lain karena karakter Ko Moon Young yang antisosial itu begitu hidup lewat akting bagusnya. Kalau saja akun instagram Seo Yea Ji aktif, pasti serbuan komen dari penggemar akan didapatnya sebagaimana yang terjadi pada akun instagram Kim Soo Hyun.
Adapun karakter Moon Sang Tae yang autis juga pas sekali diperankan oleh Oh Jung Se. Kalau ahjussi yang satu ini sih saya sudah ngeh orangnya yang mana. Tahun 2019 yang lalu dia cukup aktif bermain drama sebagai pemeran pendukung di Touch Your Heart, Hot Stove League, dan When The Camellia Blooms.
Sabar berproses sembari melakukan yang terbaik akan mendatangkan hasil juga. When The Camellia Blooms mengantarkannya menyabet penghargaan sebagai Best Supporting Actor di KBS Drama Awards 2019 dan Baeksang Arts Award 2020. Daebak!
Saya cukup terharu dengan speech-nya saat dia menerima penghargaan pada 56th Baeksang Arts Award kemarin. Kata Oh Jung Se, “Ada banyak orang biasa yang selalu melakukan yang terbaik dalam hidupnya di dunia ini.”
Ya, Oh Jung Se yang dalam real life-nya adalah pengidap Prosopagnosia (kelainan yang membuat penderitanya sulit mengenali wajah seseorang) ini mungkin bukan aktor kelas A di Korea. Tapi dia tidak menyerah dan telah menunjukkan kualitas aktingnya yang sangat baik. Calon penerima penghargaan lagi nih, Si Om.
Sedangkan penulis naskah It’s Okay to Not Be Okay adalah Jo Yong yang baru sekali menjadi scriptwriter di drama komedi romantis, Jugglers (2017) yang dibintangi Daniel Choi dan Baek Jin Hee. Sebelumnya, saya tidak tahu Jo Yong itu yang mana, hehe. Bahkan di wikipedia pun belum ada profilnya.
Namun, naskah drama keduanya ini membuat namanya kini melambung. Salut banget dengan kreatifitas Jo Yong Jagganim dalam menggabungkan tema psikologi dengan fairy tale yang berhubungan dengan keadaan sehari-hari. Ditunggu naskah drama selanjutnya ya, Tante!
Moon Gang Tae di antara Pengidap Autism Spectrum Disorder dan Antisocial Personality Disorder
Dalam drama It’s Okay to Not Be Okay ini, Kim Soo Hyun berperan sebagai Moon Gang Tae, seorang perawat di Rumah Sakit Jiwa yang nampak ramah dan hangat di mata orang-orang sekitarnya, namun sebenarnya dia memendam luka. Sejak berusia 12 tahun, dia berpindah-pindah tempat bersama kakaknya yang mengidap Autism Spectrum Disorder (ASD), Moon Sang Tae. Dia terus berpindah-pindah rumah sewa sampai dia jadi perawat dan berusia 30 tahun. Ada kejadian pahit di masa lalu yang membuatnya berbuat begitu.
Nah, suatu hari Moon Gang Tae bertemu dengan Ko Moon Young, seorang penulis dongeng anak-anak yang populer dan cantik. Ko Moon Young berasal dari keluarga kaya namun punya latar belakang keluarga yang ‘gelap’. Ayahnya (Ko Dae Hwan) adalah seorang profesor yang menderita demensia dan dirawat di RSJ, ibunya (Do Hui Jae) adalah seorang penulis novel terkenal bergenre thriller yang menghilang (atau tewas?) secara misterius saat Ko Moon Young masih kecil. Ko Moon Young ini mengidap Antisocial Personality Disorder (ASPD) atau gangguan kepribadian anti sosial.
Kisah menariknya berawal di sini. Moon Gang Tae yang punya luka terpendam harus berada di antara mereka. Moon Gang Tae, Moon Sang Tae, dan Ko Moon Young punya masalah sendiri-sendiri namun saling terkait. Dengan cara apa mereka saling menyembuhkan satu sama lain?
Pelajaran Kehidupan dan Kutipan Favorit dari It’s Okay To Not Be Okay
1. Mereka yang mengidap gangguan kepribadian antisosial juga ingin bercerita tentang apa yang dirasakannya. Menulis adalah salah satu cara ‘protes’ mereka kepada dunia.
Ko Moon Young digambarkan sebagai seorang penulis buku dongeng anak yang unik dan aneh, baik sudut pandang kepenulisannya maupun tingkah lakunya. Misalnya: dia berani ‘mendobrak’ stereotip bahwa sosok putri di dalam dongeng itu cantik. Justru, penyihir lah yang digambarkannya sebagai sosok yang cantik. Ya, pesan-pesan yang diselipkannya ke dalam buku dongengnya itu anti-mainstream.
Dia sangat menggebu-gebu dan sulit menahan diri. Jika ingin sesuatu, dia harus bisa memilikinya. Memang begitulah sebagian ciri-ciri orang pengidap gangguan antisosial: merasa superior, tak menyadari salah dan benar, tak peduli dengan hal-hal berbahaya, dan tak memiliki empati.
Jadi, jangan sembarangan melabeli orang dengan sebutan antisosial, ya. Antisosial itu bukan orang yang pendiam dan tak punya teman. Justru antisosial itu –mudahnya- adalah seseorang yang berperilaku bak preman, bar-bar, dan tak peduli risiko. Namun tak semua pengidap antisosial itu jahat dan gangguan kepribadian tersebut bisa disembuhkan.
Nah, selama sepuluh tahun berprofesi sebagai penulis, Lee Sang In yaitu CEO SangSangESang Publishing Company adalah orang yang paling memahami ‘keanehan’ Ko Moon Young. Walaupun kadang bertingkah konyol, dia dan asistennya –Yoo Seung Jae– dengan telaten mengawal dan mengikuti segala kemauan Ko Moon Young.
2. Perlu kesabaran dan strategi dalam mendampingi pengidap autisme serta memfasilitasi minat dan bakatnya. Sebagian pengidap autisme juga memiliki Savant Syndrome.
Suatu hari Ko Moon Young dijadwalkan untuk mendongeng di bangsal anak RSJ Myungsung University, Seoul, tempat Moon Gang Tae bekerja. Moon Gang Tae memberi tahu hal itu lewat telepon pada Moon Sang Tae yang merupakan penggemar berat Ko Moon Young. Awalnya, Moon Sang Tae ngotot ingin pergi ke RSJ demi menghadiri acara dongeng itu. Namun Moon Gang Tae yang telah terbiasa dengan hal itu berusaha menenangkan kakaknya.
Moon Gang Tae menyuruh kakaknya untuk menarik napas tiga kali. Dia berjanji akan memintakan tanda tangan Ko Moon Young, spesial untuk Moon Sang Tae. Akhirnya kakaknya itu menurut.
Begitulah. Sejak belia, Moon Gang Tae bersabar ‘mengasuh’ kakaknya. Dia berusaha tetap tersenyum di depan Moon Sang Tae walau ada kejadian sepahit apapun. Moon Gang Tae juga menyediakan buku-buku favorit yang ditulis Ko Moon Young, pernak-pernik dinosaurus, dan peralatan menggambar untuk Moon Sang Tae.
Nah, meskipun Moon Sang Tae mengidap autis, dia sekaligus memiliki Savant Syndrome. Ini adalah kondisi langka pada seseorang dengan disabilitas otak/mental yang menunjukkan kejeniusan atau kemampuan super. Ya, Sang Tae oppa sangat berbakat menggambar dan melukis. Bagus banget lho gambarnya.
3. Setiap takdir ada maksudnya dan akan ada kisah di baliknya. Takdir yang mempertemukan kita dengan orang lain bisa menjadi jalan untuk berubah menjadi lebih baik.
Pertemuan Ko Moon Young dan Moon Gang Tae di taman rumah sakit berawal dari sikap seenaknya Ko Moon Young. No smoking area, euy! Malah si Mbak cantik itu merokok di sana. Tentu saja Moon Gang Tae yang sedang membawa segelas kopi menegurnya.
Sekilas, pertemuan mereka terkesan romantis; diiringi sakura yang berguguran dan kata-kata Ko Moon Young tentang takdir. Nyatanya, Ko Moon Young men-skak mat Moon Gang Tae dengan memasukkan puntung rokok ke gelas kopinya si perawat ganteng. Ko Moon Young dilawan! 😛
Mereka bertemu lagi saat agenda mendongeng di bangsal anak dijeda karena ada pasien yang kalap. Moon Gang Tae terluka tangannya karena Ko Moon Young sehingga dia lupa meminta tanda tangan yang dipesan kakaknya.
Tragedi itu membuat takdir mempertemukan mereka kembali di kemudian hari. Takdir yang mempertemukan Ko Moon Young, Moon Gang Tae, dan Moon Sang Tae adalah takdir yang menyembuhkan mereka.
4. Sahabat sejati itu mengerti apa yang sedang dirasakan oleh sahabatnya dan bisa menilai dengan jujur. Jika punya sahabat seperti itu, pertahankan dia!
Sebagai orang yang selalu berpindah rumah tiap tahun, wajar jika Moon Gang Tae tidak punya banyak teman dekat. Namun ada seorang sahabat yang selalu mengikuti Moon bersaudara berpindah tempat yaitu Jo Jae Soo. Padahal Jo Jae Soo juga punya bisnis rumah makan. Setiap kali Moon Gang Tae pindah rumah, Jo Jae Soo juga berpindah tempat usaha.
Jae Soo selalu siap siaga menjemput Moon Gang Tae dengan motornya dan ikut menjaga Moon Sang Tae. Hanya satu yang tidak dipahami dan disetujuinya: perilaku ‘ganas’ Ko Moon Young yang justru dimaklumi oleh Moon Gang Tae. Namun, perbedaan cara pandang mereka terhadap Ko Moon Young tidak mengurangi kualitas persahabatan itu.
5. Pikirkan baik-baik risikonya sebelum bertindak impulsif. Tahan diri dengan menggunakan strategi yang tepat dan sesuai.
Moon Gang Tae sebenarnya tidak ingin bertemu lagi dengan Ko Moon Young. Namun strategi menghindarnya gagal karena sebuah kejadian tak terencana. Ketika akhirnya mereka bertemu lagi, Moon Gang Tae punya kesempatan untuk sedikit ‘memberi masukan’ agar sikap impulsif Ko Moon Young bisa berkurang. Impulsif berarti cenderung bertindak dan bereaksi cepat sebelum berpikir terlebih dahulu.
Moon Gang Tae mengajarkan metode Butterfly Hug yang juga biasa diterapkannya untuk menenangkan Moon Sang Tae dan para pasien yang mengalami trauma. Nah, metode terapeutik ini ditemukan oleh terapis Lucina Artigas dan Ignacio Jarero untuk mengatasi kecemasan. Jadi ini bukan metode fiktif. Butterfly Hug dipercaya bisa membuat jantung terasa lapang dan bisa menyeimbangkan otak kiri dan kanan. Alhasil, mereka yang memiliki trauma bisa lebih rileks.
6. Setiap masalah harus dihadapi karena pasti ada jalan penyelesaiannya. Jangan lari dari masalah, pun jangan memendam luka dan emosi.
Ada kejadian kelam di balik ‘hobi’ Moon Gang Tae melarikan diri. Ibunya tewas dibunuh dan hanya Moon Sang Tae yang jadi saksi mata. Kupu-kupu yang membunuh ibu mereka, kata Sang Tae oppa. Maka mereka terus berpindah tempat sejauh mungkin dari Kota Seongjin, daerah asal mereka.
Moon Gang Tae juga berusaha tersenyum dan bersikap lembut di depan kakaknya. Ia tidak ingin terlihat sedih dan marah. Semua luka dan emosi dipendamnya sendiri hingga suatu hari dia menemukan kalimat-kalimat menohok di dalam buku dongeng yang ditulis oleh Ko Moon Young.
By the way, di dalam drama ini ditampilkan buku-buku dongeng yang sebenarnya ditulis oleh Jo Yong Chakkanim. Strategi marketing yang bagus, bukan? Tiga diantaranya berjudul Anak Lelaki yang Penuh Ketakutan, Kisah Hidup Zombi, dan Anjing Musim Semi. Ketiganya juga dijadikan judul untuk episode 1, 4, dan 7.
7. Cinta bukan hanya tentang kedekatan fisik, tapi justru tentang kemantapan hati. Jika tak berbalas dan bukan jodoh, segera lupakan saja.
Moon Gang Tae kehilangan pekerjaannya. Dia akhirnya melamar pekerjaan di Rumah Sakit Jiwa OK, atas info dari Nam Joo Ri, teman lamanya yang juga seorang perawat di sana. Bahkan Nam Joo Ri menawarkan indekos di lantai dua rumahnya. Gadis itu hanya tinggal bersama ibunya, Kang Soon Duk.
Rumah Sakit Jiwa OK terletak di Kota Seongjin, daerah asal Moon Gang Tae yang ternyata juga daerah asal Ko Moon Young. Di sana dia bekerja di bawah arahan Kepala Perawat Park Haeng Ja dan menjadi rekan kerja Oh Cha Yong, perawat yunior yang sering bikin ulah.
Kepindahan itu segera disusul oleh Ko Moon Young. Dia juga kembali menempati ‘kastel terkutuk’ yaitu rumah megah masa kecilnya yang letaknya terpencil. CEO Lee Sang In dan Yoo Seung Jae juga ikut menyusul dan akhirnya mereka ngekos di rumah Nam Joo Ri.
Nah, betapapun Nam Joo Ri sudah ‘serumah’ dan bertempat kerja yang sama dengan Moon Gang Tae, rasa cintanya tetap tak berbalas.
8. Salah satu penghambat kedamaian hati adalah rasa penyesalan berkepanjangan dan kenangan buruk yang terus disimpan. Beranilah melepaskan diri dari belenggu itu.
Di dalam drama ini juga dikisahkan masalah kejiwaan para pasien. Ada Go Eun, anak kecil yang mengidap Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) akibat kekerasan ayahnya. Kwon Gi Do, pemuda kaya anak anggota dewan yang mengidap manic depressive karena dianggap bukan anak berprestasi di keluarganya.
Lee A Reum, yang mengalami trauma akibat Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Yoo Sun Hae yang mengidap gangguan identitas disosiatif atau gangguan kepribadian ganda karena kekerasan fisik di masa kecilnya. Kan Pil Wong yang mengalami trauma akibat perang pada zaman penjajahan. Park Ok Ran yang mengalami halusinasi akut karena gagal sebagai bintang teater.
Ada pula Kang Eun Ja yang mengalami trauma karena kematian anak gadisnya. Dia terus-menerus menyesali diri dan mengalami gangguan conversion karenanya. Secara tak sengaja, Ko Moon Young ikut membantu proses penyembuhan pasien itu melalui dongeng dalam bukunya.
9. Penampilan luar manusia bisa menipu, sebaik apapun kelihatannya. Berbuat baiklah pada orang lain tapi harus tetap waspada dan jangan sepenuhnya percaya.
Direktur Rumah Sakit Jiwa OK, Oh Ji Wang, ikut membantu mengatasi trauma Moon Sang Tae yang takut dengan kupu-kupu. Akhirnya Sang Direktur tahu latar belakang trauma itu adalah karena kematian ibu Moon bersaudara yang misterius.
Ko Dae Hwan, ayah Ko Moon Young yang dirawat di RSJ itu juga ‘dihantui’ oleh Do Hui Jae, ibu Ko Moon Young yang menghilang/tewas secara misterius juga. Kedua kasus itu saling berhubungan dan urusannya jadi terbawa-bawa ke dalam RSJ tersebut. Siapa yang harus dicurigai? Siapa yang tetap bisa dipercaya?
Selamat untuk Seluruh Tim It’s Okay to Not Be Okay!
Saat saya menulis ini, It’s Okay to Not Be Okay yang berjuluk Human Healing Drama ini menduduki peringkat ke-18 sebagai Top TV Shows on Netflix in the World in 2020 dengan perolehan 6529 poin. Chukkae! Duta Korea sebagai tontonan tingkat dunia, gitu loh!
Peringkatnya masih bisa terus naik mengingat banyak penonton yang mungkin menyaksikan setelah drama ini tamat. Belum lagi mereka yang re-watch karena gagal move on, hehe. Bisa saja It’s Okay to Not Be Okay menyusul The King: Eternal Monarch yang berada di posisi 12 dengan 7105 poin.
Semua berkat kerja keras seluruh pemain yang saya kira membawakan perannya dengan baik dan pas. Bahkan Kwak Dong Yeon yang ‘hanya’ menjadi cameo pun tampil luar biasa. Sutradara Park Shin Woo, seluruh kru yang bertugas, dan juga para pengisi Original Soundtrack patut mendapat acungan jempol. Kamsahamnida! Nilai 9,5/10 dari saya untuk It’s Okay to Not Be Okay.
Teman-teman sudah nonton drama ini? Betul-betul drama yang bertabur kutipan bagus. Yang di atas hanya sebagian kecil saja. Nah, kutipan favorit teman-teman yang mana, nih?
Salam,
Credit cover: instagram @tukkatamickie