Mugunghwa kkochi pieot seumnida!*)
Matahari mulai meredup ketika saya mendengarkan kalimat itu disebut berulang-ulang dari arah jalan kampung. Saya mengintip dari balik tirai. Permainan lampu merah, lampu hijau-nya Squid Game? Hmmmโฆ Anak-anak tetangga saya itu tidak ketinggalan tren rupanya.
Saya sih tidak yakin kalau mereka menonton drama Korea Squid Game, Netflix series yang sukses mengguncang dunia itu. Dari ibu dan ayahnya? Tidak yakin juga karena setahu saya orang-orang sini kurang mudeng dengan drama Korea. Kemungkinan itu juga ada, sih. Tidak harus jadi penyuka drama Korea dulu untuk menonton Squid Game, kok.
Jadi kemungkinan pertama yakni ada tetangga saya menonton Squid Game. Mereka lantas mengucapkan โmantraโ lampu merah, lampu hijau itu berulang-ulang di depan anaknya. Memang โmantraโ itu seakan menempel di benak, sih.
Sebenarnya mugunghwa kkochi pieot seumnida ini sudah pernah muncul sebelumnya dalam adegan permainan lampu merah, lampu hijau di drama Korea Iโm Not a Robot (2017). Yups, yang dibintangi Yoo Seung Ho dan Chae Soo Bin.
Kali ini, โmantraโ itu hadir kembali dan seakan bergema ke seluruh penjuru dunia. Mudah sekali mendapati โmantraโ itu di Youtube. Nah, inilah kemungkinan kedua yang lebih saya yakini. Anak-anak tetangga saya itu melihatnya berulang-ulang di Youtube. Banyak sekali kreator konten yang mengunggah video permainan lampu merah, lampu hijau ala mereka.
Begitulah. Squid Game sudah sedemikian populernya, disadari atau tidak. Ya, bisa jadi anak-anak kampung saya itu sekadar bermain-main seperti โcontohโ di Youtube. Mungkin akhirnya mereka tahu bahwa permainan lampu merah-lampu hijau itu adalah cuplikan adegan di Squid Game, meskipun tidak menontonnya.
โFim Squid Game! Film Squid Game!โ
Drama, Nak! Bukan film. Ya, kadang ada salah pengertian seperti itu, sih. Sebagaimana beberapa orang dewasa yang saya kenal ternyata masih salah memahami perbedaan antara drama dan film ๐
Daftar Isi
Jika Seorang Ibu Menonton Squid Game
Ketika Squid Game ditayangkan perdana pada tanggal 17 September 2021 yang lalu, saya belum langsung menonton. Saya cuma membaca beberapa ulasan plus melihat cuplikan beberapa adegannya di instagram. Hmmโฆ Genre-nya dystopian survival thriller. Bukan genre favorit saya namun saya tidak anti dan tidak gentar jika harus menonton genre seperti ini.
Salah satu ulasan yang saya baca adalah tulisannya Teh Lendy. Seperti biasanya, bloger yang merupakan Korean Content Creator ini gercep membagikan ulasannya tentang Squid Game.
Ya, drama ini langsung membagikan kesembilan episodenya di Netflix. Sekali rilis, langsung tamat. Rilis tanggal 17, ehh Teh Lendy sudah memposting ulasannya yang berjudul Squid Game (2021): Permainan Hidup dan Mati Demi Uang di tanggal 19. Mantap!
Yang saya simpulkan dari ke-gercep-an beliau menonton drama Korea dan mengulasnya adalah manajemen waktu. Sebagai ibu dari dua orang anak, pasti pengaturan waktu beliau bagus, nih. Ya, tugas harian seorang ibu tuh tidak perlu dipertanyakan lah yaaโฆ
Jadi, bagi kaum ibu yang punya hobi nonton, pastikan tugas utama kita sudah selesai dan berlanjut dengan menyisihkan sebagian waktu untuk โbelajarโ dari tontonan kita.
Saya sendiri termasuk tipe ibu yang suka โmencicilโ jika menonton drama alias tidak bisa langsung selesai dalam sehari atau dua hari. Duluuu sih pernah bisa nonton maraton dalam semalam tetapi badan langsung remuk redam, euy! Akhirnya, lebih nyaman pakai sistem cicil aja lah. Kalau anak tidur atau sedang main dengan Si Abi, nyicil nonton dikit. Lama-lama selesai, deh.
Lalu, saya juga membaca ulasan singkat dari seorang penulis senior sekaligus psikolog yang juga pengamat Korean Culture, Mbak Sinta Yudisia. Beliau membagikan opininya di instagram.
Menurut beliau, sisi positif dari Squid Game adalah kerjasama, humanisme, dan pesan filosofis tentang kemenangan sejati. Sedangkan sisi negatifnya adalah terdapat adegan kekerasan verbal & fisik, eksploitasi kelas/kasta, dan adegan seksual.
Oke, noted! Jelas, kalau menonton Squid Game, anak-anak tidak boleh ikutan. No! Jangankan anak kecil, remaja di bawah usia 17 tahun saja tidak boleh. Remaja di atas usia itu โmenurut saya- harus banget didampingi oleh orang tuanya.
Saya sendiri yang punya remaja putri berusia 14 tahun tentu saja tidak akan mengizinkannya nonton Squid Game saat dia liburan dari pondok pesantrennya nanti. Belum saatnya!
Maka saya pun menonton Squid Game pada pertengahan Oktober 2021 yang lalu secara bersambung, di sela-sela waktu senggang. Wah, ide cerita yang mengangkat beragam permainan tradisonal khas Korea itu unik.
Plotnya rapi dan bikin penasaran sehingga tidak ada alasan untuk men-skip jalan cerita. Saya memalingkan muka juga sih pada penampakan adegan tak senonoh. Ini sudah semacam โbumbuโ dari Netflix series, sih. Kalau drama yang ditayangkan oleh saluran televisi Korea, tidak bakal ada adegan seksual eksplisit begitu.
Squid Game ini tidak saya sarankan untuk para ibu yang ngeri melihat darah. Lebih baik jangan menonton daripada nanti mimpi buruk, hehe. Adegan sadis berdarah-darahnya itu visualisasinya begitu nyata, gitu loh. Good job nih untuk bagian penata rias dan special effect-nya.
Berlebihankah adegan sadisnya itu? I donโt think so. Menurut saya, adegan-adegan itu โhanyaโ mewakili apa yang terjadi di zaman ini. Kalau kita sering membaca berita kriminal, persoalan โberdarah-darahโ ini sudah bukan sesuatu yang aneh. Di dunia nyata, buanyak manusia sadis yang tega menumpahkan darah sesamanya, kok.
Finally, saya mendapati bahwa di antara adegan kekerasan, persaingan bertahan hidup, dan pemicu adrenalin itu terselip adegan-adegan yang bisa menghangatkan hati. Ya, karena Squid Game juga punya sub-genre drama. Sebagiannya, menampakkan tentang bakti anak pada sosok ibu.
Para Pemain Squid Game Ternyata Sayang Ibu
Sejak episode pertama, sosok ibu sudah ditampakkan. Adalah Seong Gi Hun (diperankan oleh aktor chungmuro Lee Jung Jae yang juga bestie-nya Lee Min Ho) yang tinggal serumah dengan ibunya yang sudah renta (diperankan oleh aktris senior Kim Young Ok).
Keduanya hidup serba kekurangan dan menyedihkan. Seong Gi Hun adalah sosok duda pengangguran yang hobi berjudi, sementara ibunya yang sudah tua adalah seorang pedagang kecil yang sakit-sakitan.
Di balik sikap Seong Gi Hun yang nampak semau gue dan hidupnya yang berantakan, sebenarnya dia adalah sosok ayah dan anak yang penyayang. Bahkan niatnya ikut serta sebagai peserta dalam Squid Game (salah satunya) adalah demi ibunya. Interaksi keduanya di akhir episode sungguh bikin nyesek dan membuat saya terharu berat. Hiks.
Tokoh utama lain adalah Cho Sang Woo (diperankan oleh aktor yang tanggal lahirnya selisih dua hari dengan saya ๐ Park Hae Soo). Kebalikan dari Seong Gi Hun, Cho Sang Woo adalah sosok anak berprestasi sejak di sekolah dan berhasil lulus dari universitas bergengsi, Seoul National University. Dia kayaknya kakak tingkat Hong Du Shik deh, hehe.
Setelah lulus kuliah, Cho Sang Woo pun punya pekerjaan bergengsi. Hal-hal baik itu tentu saja menggembirakan ibunya. Maka foto wisudanya pun dipajang dengan manis oleh sang ibu (diperankan oleh aktris senior Park Hye Jin) di lapak seafood miliknya. Setiap kali ada pembeli yang bertanya tentang anaknya, sang ibu pun menyebut Cho Sang Woo dengan bangga.
Sebuah peribahasa Korea yang berbunyi: ์์ญ์ด๋ ๋๋ฌด์์ ๋จ์ด์ง๋ค (Wonsungido namueso torojinda) rupanya tepat untuk menggambarkan kondisi Cho Sang Woo. Ya, โmonyet pun bisa jatuh dari pohonโ. Kehidupan Cho Sang Woo ternyata tidak sebaik itu. Dia pun seperti Seong Gi Hun yang terlilit utang menggunung. Serapat-rapatnya Cho Sang Woo menyimpan rahasia, akhirnya Seong Gi Hun tahu juga.
Ya, hanya Seong Gi Hun- teman lamanya- yang tahu rahasianya. Cho Sang Woo tidak memberi tahu ibunya karena tidak ingin membuat ibunya bersedih. Di akhir episode pun, Cho Sang Woo berpesan pada Seong Gi Hun agar mau menjaga ibunya. Hiks. Walaupun saya sempat sebel dengan sosok Cho Sang Woo, saya salut karena ternyata ibunya selalu ada di dalam pikirannya.
Ketika menjadi peserta permainan Squid Game, duo bestie itu berkenalan dengan Kang Sae Byeok (diperankan oleh model Jung Ho Yeon). Sosok pencopet jalanan yang misterius itu berasal dari Korea Utara. Kang Sae Byeok adalah kakak yang penuh kasih dan juga anak yang sangat mencintai ibunya. Apapun dilakukannya untuk mendapatkan uang agar ibunya bisa keluar dari Korea Utara dan hidup dengannya di Korea Selatan.
Duh, saya โjatuh cintaโ dengan sosok Kang Sae Byeok sejak di awal episode. Berakhir dengan menangisi nasibnya di akhir episode. Huhuhuโฆ Sae Byeok-Dongmu!
Lalu ada sosok figuran yang menarik perhatian saya, Ji Yeong (diperankan oleh Lee Yoo Mi). Gadis muda ini digambarkan selalu sinis pada orang yang taat beragama. Wah, ada apa ini? Rupanya, dia pernah punya kisah pahit: melihat ibunya dibunuh di depan mata sendiri. Sosok pembunuhnya justru adalah seorang pendeta! Demi bakti kepada ibunya, Ji Yeong pun balas membunuh dan mengakibatkan dia dipenjara.
Sempat terharu dengan pertemanan singkat antara Ji Yeong dan Kang Sae Byeok. ๐ฅบ
Yang terakhir, ada sosok Ali Abdul (diperankan oleh Anupham Tripathi, aktor India yang lama tinggal di Korea). Tokoh yang digambarkan sebagai pekerja imigran asal Pakistan ini juga mencuri perhatian saya. Dia adalah sosok pekerja keras dan jujur.
Nah, ada bedanya, nih. Dia tidak diceritakan berbakti pada ibunya sendiri, sih. Lebih tepatnya, dia sangat mengutamakan keselamatan ibu dari anaknya alias istrinya. Seandainya sosok sang ibu ditampilkan, pasti Ali Abdul juga akan berbakti padanya.
Begitulahโฆ Di antara 456 peserta Squid Game yang memperebutkan 45,6 miliar Won, mereka seakan berpesan: sayangi ibumu sebelum terlambat!
Inspirasi Hwang Dong Hyuk: Ibu dan Kesulitan Hidup
Sampai saya menulis ini, Squid Game telah ditonton oleh kurang lebih 142 juta pemirsa Netflix di seluruh dunia. Artinya, drama ini menjadi serial paling populer, mengalahkan series dari โbaratโ lainnya.
Keuntungannya? Wuih, jangan ditanya. Pemasukan Squid Game adalah sekitar Rp 12,71 triliun. Sedangkan biaya produksinya โcumaโ Rp 302,38 miliar. Duit semua itu mah. Makin tajir melintir nih Netflix, hehe.
Ada sosok penting di balik kesuksesan Squid Game yaitu Hwang Dong Hyuk. Dia adalah penulis skenario sekaligus sutradara Squid Game yang sebenarnya sudah menulis naskah drama ini sejak tahun 2009.
Awalnya, Squid Game adalah berupa naskah film namun naskah tersebut ditolak oleh banyak studio film karena dinilai โterlalu kerasโ. Perlu waktu 10 tahun bagi Hwang Dong Hyuk untuk mewujudkan impiannya. Naskahnya tidak hanya diterima bahkan lahir menjadi drama seri yang mendunia.
Sebelum sukses seperti sekarang, Hwang Dong Hyuk pernah terbelit masalah finansial. Lulusan Magister University of Southern California itu bahkan sempat menjual laptopnya senilai Rp9,5 juta. Dia juga pernah bertaruh di arena pacuan kuda demi mendapatkan uang. Wahโฆ sampe segitunya, ya.
Dalam kondisi sulit seperti itu, Hwang Dong Hyuk mendapat bantuan finansial juga dari ibunya. Hmmโฆ Rupanya karakter Seong Gi Hun itu menggambarkan sebagian kisah nyatanya. Saya rasa, Hwang Dong Hyuk ini dekat dengan ibunya dan Squid Game jadi salah satu hadiah untuk ibunya tersebut.
Dari Hwang Dong Hyuk, kita bisa belajar untuk berterima kasih kepada ibu melalui karya-karya kita. Misalnya jika kita adalah seorang penulis, cobalah menulis tentang kemuliaan ibu kita sendiri, baik melalui tulisan fiksi atau non-fiksi. Sering memberi hadiah dan lebih memerhatikan beliau juga pasti akan membuat ibu kita bahagia.
Saya sendiri sudah pernah menulis tentang ibu saya sendiri dalam sebuah proyek buku antologi. Judul tulisan itu adalah Il Mio Eroe Femminile atau pahlawan perempuanku. Ya, ibu adalah pahlawan bagi saya yang jasanya tidak mungkin bisa saya balas sampai kapanpun.
Teman-teman penulis sudah melakukan hal yang sama kah?
Ibu Sejati: Bahagia Ketika Anak Berbahagia
Nah, sosok Hwang Dong Hyuk sendiri menurut saya ibarat ibu bagi para aktor-aktris Squid Game. Karena jasanya, mereka kini tengah berada di puncak popularitas. Misalnya, aktor Lee Jung Jae sudah menyabet beragam penghargaan nasional dan internasional karena keberhasilannya membawakan karakter Seong Gi Hun dengan baik. Anda layak mendapatkannya, Ahjusshi!

Hwang Dong Hyuk (paling kiri) Credit: Highend Magazine
Minimal, followers instagram dari para aktor-aktris jadi melejit. Dunia jadi tahu mereka. Jung Ho Yeon, misalnya. Sebelum Squid Game tayang, pengikutnya cuma 400 ribu. Kini, Jung Ho Yeon memiliki pengikut instagram sebanyak 23,8 juta orang. Wow! Karenanya, dia menjadi aktris (non-idol) dengan pengikut terbanyak se-Korea Selatan.
Sementara itu, pengikut instagram Hwang Dong Hyuk โhanyaโ 12,4 ribu orang. Itu pun menurut saya adalah akun yang dibuat oleh penggemar (akun ig @hwangdonghyukdirector). Kalah terkenal?
Saya rasa, itu bukan masalah baginya. Sama dengan sosok ibu yang pasti sudah banyak berkorban. Seorang ibu sejati akan ikut bahagia jika anak-anaknya sukses dan berhasil meraih impian mereka. Bukankah begitu?
Selamat menyambut Hari Ibu!
Salam,
*)๋ฌด๊ถํ ๊ฝ์ด ํผ์์ต๋๋ค
Bunga Mugung sudah mekar
16 Comments. Leave new
Ya Allah…
Barakallahu fiik, kak Tatiek.
Karena saking ketutup sama kesadisannya, aku gak bisa melihat keindahan sosok Ibu, wanita dan istri dalam Drama Squid Game ini.
Indahnyaaa..
Benar yaa..ternyata semua berpusat kepada keluarga.
Dan ini menjadi bukti bahwa Korea masih negara Asia yang hubungan Ibu dan Anak, tata krama, sopan santun, unggah-ungguhnya sangat kental.
Selamat Hari Ibu.
Semoga bahagia selalu Ibu dimanapun berada.
Wa fiik baarakallah ^_^
Pinter bener mah penulis naskah dramanya. Bisa menyisipkan genre drama, salah satunya menyorot tentang ibu.
Iya, setahuku membentuk keluarga harmonis itu masih jadi impian ideal di Korea sana.
Sesukses apapun mereka, ada kehampaan kalau tidak berkeluarga.
Menjadi ibu tangguh juga PR banget -di pusaran issue patriarki di sana.
Yuhuuu… Selamat menjelang Hari Ibu dan merayakannya sepenuh hati ketika waktunya tiba ๐
Tapi setelah dipikir-pikir, drama-drama yang mengangkat mengenai isu sosial begini memang biasanya ratingnya gak pernah tinggi. Cerdasnya Squid Games, menghadirkannya berdampingan dengan perjuangan hidup dan mati di arena Squid Games. Sama seperti Film Parasite, yang mengkritisi mengenai social gap si kaya dan si miskin, misalnya.
Iya mereka ibu-ibu yang luar biasa. Dan banyak juga kayaknya tipikal ibu begitu di Indonesia.
Terbayang banget sih si ibu yang begitu bangga sama anaknya, lulusan universitas terbaik, ternyata menipu dan dikejar polisi.
duh sedih banget lihat sosok ibu di squid game ini. huhu. ibunya gi hun akhirnya meninggal dan ibunya Sang Woo juga kehilangan anak satu-satunya. tapi memang ya sosok ibu itu nggak mikir panjang buat membantu anak-anaknya
Mungkin cuma aku yang belum nonton Squid Game. Agak ragu karena konten violence nya. Kayanya mirip Hunger Games ya? Tapi bisa mendunia gitu sampai seleb luar jadiin theme party
Ternyata di balik drakor Squid Game ada kisah sosok-sosok ibu ya. Ibu masih sosok yang penting dalam kehidupan.
Btw ungkapan “mugunghwa kkochi pieot seumnida” juga dinyanyikan anak2 tetangga saya, Mbak dan saya gak yakin mereka nonton Squid Game.
Erat banget ternyata ya hubungan antara Squid Game dan ibu, bukan hanya isi ceritanya tapi juga kisah penulisan di baliknya.
Aku ngga kepikiran jugaa bahwa mereka semua melakukan itu untuk keluarga, untuk ibu :(( ya ampun sedihh. Bener juga yahh, aku terlalu fokus sama permainannya dan gimana caranya biar selamat masaa.. tulisannya keren kak
Itulah kenapa sering banget kita dengar kebahagiaan anak-anak adalah kebahagiaan ibu. Ibu mengorbankan apapun demi anak. Aih jadi melow begini nih …
Selamat hari ibu pokoknya ya
aku termasuk yang belum nonton squid game mbak. Namun, lihat cuplikan video2nya di instagram banyak banget dan baca reviewnya di blog2 sudah agak kebayang ceritanya. yang menarik memang betul tren mainan lampu merah itu udah nyebar di seluruh indonesia, saat saya ke Bangka, anak2 kecil banyak yang bermain ini. Aku ga nyangka ternyata reason karena ibu ya pemain utamanyaa
Netflix itu jembatan bagi para aktor Korea untuk go internatonal. Kebanyakan aktor dikenal luas dan followersnya melejit setelah drama atau filmnya booming di Netflix. Cuma sayangnya Netflix itu rata-rata tayangannya dikit vulgar. Mungkin itu selera kuratornya Netflix ๐
Ada ulasan bagus juga tentang drakor ini di blognya Bagja Hidayat, bahas soal kemanusiaan dan kritik sosial sama kehidupan warga Korea yang dalam drakor selalu digambarkan manis. Padahal kenyataannya warga Korea juga banyak yang miskin, bahkan ada gelandangan.
Aku ngak nonton yang Squid Game ini, tahunya juga dari sosmed karena terus terang aku kurang suka genrenya lain kalau saeguk atau tentang kerajaan, ini genre yang aku suka. Aku dengar sih agak-agak gimana gitu, ternyata dibalik kerasnya persaingan dalam Squid Game yang sampai menumpahkan darah, tetap ada sisi manusiawinya. Drakor memang selalu ada selipan kisah yang selalu bikin haru.
Hiyah bener nih, “anak yang bisanya nyusahin aja”, kasarnya begitu. Gimanapun juga dibalik ketidakmampuan seorang anak, pasti ingin membahagiakan seorang Ibu. Ibu yang bekerja keras, walau sakit tetap bekerja agar anaknya bisa makan enak.
Di squid game, kita bisa melihat. Saat anak sukses. Dia tidak pernah lupa pada Ibunya.
iya, squid game ini emang rame
tapi aq sendiri nggak nonton, karena bukan genre kesukaan aku
kabarnya ada season 2 ya
Asli sad banget nih mbak. hiks erat banget ya mbak hubungan antara Squid Game dan ibu, asli ngebayangin isi ceritanya juga kisah penulisan di baliknya ini. Keren deh