“Saya banyak bertemu dengan lulusan pesantren di tanah air yang ilmunya -bagi sebagian orang- mungkin tampak biasa-biasa saja. Tetapi, keberkahannya sangat terasa melebihi mereka yang belajar di timur dan di barat. Karena ini murni soal keikhlasan dan ketakwaan.”
– Ustaz Aan Candra Thalib
Ini adalah cerita saat saya dan suami mulai melepaskan putri sulung kami, Afra, untuk belajar lagi pada tahun pelajaran baru ini. Jika para orang tua umumnya melepas anak-anak mereka pada hari Senin, 15 Juli 2019, kami sudah melakukannya terlebih dahulu.
Baru sempat saya tuliskan sekarang. Harap maklum, ya. Kalau tidak maklum, ya harap dimaklum-maklumkan. Hehe…
Sekilas tentang SMP Tahfidz Khairunnas
Pada hari Rabu, 10 Juli 2019 yang lalu kami resmi berpisah dengan Afra yang menjadi santriwati baru di Pesantren Tahfidz Khairunnas atau biasa disebut SMP Tahfidz Khairunnas, Malang. Pesantren penghapal Alquran khusus putri tersebut beralamatkan di Perumahan Puri Cempaka Putih 1 Blok DD Nomor 2, Kelurahan Arjawinangun, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang.
Kok di perumahan?
![]() |
Gedung Ma’had 1 SMP Tahfidz Khairunnas Malang, dulu khusus untuk yatim/dhuafa |
Iya. SMP Tahfidz Khairunnas Malang masih tergolong baru. Lebih tepatnya, pesantren setingkat SMP di bawah Yayasan Nurul Hayat ini dulunya hanya menampung santriwati dari kalangan yatim piatu dan dhuafa untuk mondok secara gratis berkat bantuan donatur. Baru tahun pelajaran 2019/2020 kali ini, pesantren tersebut menerima santriwati “reguler” atau dari masyarakat umum. Menurut pembina pondok, banyak masyarakat sekitar yang meminta agar pesantren ini juga dibuka untuk umum.
By the way, teman-teman sudah tahu tentang Nurul Hayat ‘kan? Ini adalah Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas) terbaik tahun 2018 yang salah satu programnya memang menyalurkan infaq para donatur di berbagai bidang, termasuk dalam bidang pendidikan. Jadi, adanya pesantren tahfidz dengan beasiswa untuk yatim dan dhuafa menjadi salah satu perwujudan programnya.
![]() |
Yayasan Nurul Hayat/Laznas Nurul Hayat masih menjadi yang terbaik juga di tahun 2019 ini. |
Nah, sebenarnya SMP Tahfidz Khairunnas itu pusatnya ada di Tuban, Jawa Timur. Tidak seperti di SMP Tahfidz Khairunnas Malang yang santriwatinya masih sedikit, di Tuban sana menampung lebih banyak santri dan santriwati dari kalangan yatim piatu/dhuafa. Gedungnya lebih besar dan fasilitasnya lebih lengkap. Tetap ada kuota untuk santri/santriwati dari kalangan umum dengan prosentase yang lebih sedikit.
Memilih SMP Tahfidz Khairunnas Malang
Jauh-jauh hari sebelum memasukkan Afra di SMP Tahfidz Khairunnas Malang, saya banyak menyimak kiprah SMP Tahfidz Khairunnas Tuban melalui akun instagramnya: @pesantrenkhairunnas. Saya mendapatkan info tentang pesantren ini melalui majalah Nurul Hayat yang saya dapatkan setiap bulan karena saya menjadi donatur di Laznas tersebut.
![]() |
SMP Tahfidz Khairunnas Tuban |
Masya Allah, saya ikut bersyukur karena anak-anak yang tanpa orang tua dan yang orang tuanya kurang mampu itu sangat terbantu. Mereka bisa mondok di SMP Tahfidz Khairunnas Tuban dengan fasilitas yang memadai dan mempunyai kesempatan berprestasi sebagaimana anak-anak lainnya.
Saya pun berpikir untuk menawarkan SMP Tahfidz Khairunnas Tuban sebagai pilihan pesantren untuk Afra yang memang sejak kelas 5 SD sudah berniat mondok.
“Aku maunya yang di Malang saja, Mi,” jawab putri sulung saya itu.
Baiklah. Saya dan suami saya tidak akan memaksanya. Apalagi sebenarnya Malang memang memiliki banyak pilihan pondok pesantren yang menurut banyak orang cukup bagus. Afra juga bercerita bahwa dia dan teman-temannya yang berniat mondok sedang berdiskusi mengenai calon pondok pesantren yang akan mereka pilih.
Pun mulailah saya dan suami berburu info tentang pondok pesantren yang sesuai dengan apa yang saya pikirkan. Kriteria pertama, saya lebih sreg dengan pondok pesantren yang khusus menampung santriwati atau khusus putri. Ini sesuai juga dengan Afra yang semasa SD-nya memang hanya berteman akrab dengan cewek. Tentunya tidak bermaksud anti cowok karena teman di SD Negeri-nya dulu ‘kan juga banyak cowoknya. Cukuplah dulu dia bergaul sewajarnya dengan teman-teman cowok dengan batasan-batasan yang kami ajarkan. Tentang mahram dan non mahram, Afra sudah paham. InsyaAllah.
Kedua, saya dan suami ingin sekali mencari pondok pesantren yang sekaligus bisa menjadi keluarga kecil bagi Afra. Kehangatan keluarga tetap bisa dia rasakan. Tetap ada sosok “Abi dan Ummi pengganti” di sana. Ini sejalan dengan konsep Fitrah Based Education (FBE) bahwa pendidikan anak sampai usia 15 tahun sebaiknya tetap dibimbing orang tuanya. Jika harus dipondokkan, sistemnya sebaiknya berwujud homestay atau diinapkan dengan peran ayah-ibu yang lengkap. Ini penting untuk “kesehatan fitrah”-nya.
![]() |
Pimpinan SMP Tahfidz Khairunnas Malang, Ustaz Abi Nasir, “ayah” sekaligus guru anak-anak kami |
Tapiii… adakah yang demikian di Malang sini? Sistem homestay seperti itu sepertinya agak susah karena jumlah santri/santriwati di berbagai pondok pesantren biasanya cukup banyak. Kyai atau Bu Nyai-nya bisa jadi tidak terlalu dekat secara personal dengan para santri/santriwati karena memang kesempatan bertemu muka yang terbatas. Sebuah kewajaran, sih.
Ketiga, setelah menyimak Ponpes Khairunnas Tuban, saya berpikir bahwa alangkah baiknya jika Afra juga bisa mondok di tempat yang banyak anak-anak yatim/dhuafa. Dia bisa belajar berempati dan mengenal kehidupan mereka dari dekat. Pun pondok pesantren seperti itu ibarat “rumah paling baik” seperti bunyi hadits berikut ini:
โSebaik-baik rumah orang Islam adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim dan diasuh dengan baik. Seburuk-buruk rumah orang islam adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim yang diperlakukan dengan jahat.โ (HR. Ibnu Majah dari Abu Hurairah)
Keempat, sesuai dengan diskusi antara saya, suami, dan Afra jauh-jauh hari, pesantren tahfidz atau yang lebih fokus untuk menghapal Alquran adalah pilihan kami. Tak lain karena sebenarnya Afra termasuk kuat hapalannya dan kami kira “bakatnya” itu sebaiknya disalurkan di tempat yang tepat, di bawah pembimbing yang ahli, dan dengan metode yang benar.
Menurut saya, saat aqil baligh adalah saat yang tepat bagi Afra untuk menerima tantangan menghapal kalamullah itu. Ini adalah saat dia berniat secara sadar, tidak sekadar menghapal karena dorongan orang tua dan tidak sekadar untuk mengikuti lomba.
Tentu, lomba hapalan Alquran untuk anak semacam program Hafizh Indonesia di RCTI itu bagus. Saya juga penonton setianya, kok. Tapi mungkin prioritasnya sedikit berbeda di rumah kami. Yang kami tumbuhkan dulu pada diri Afra adalah fitrah belajarnya, kemauan belajarnya secara sadar saat di sekolah dasar. Alhasil, semangat belajarnya dan semangat membaca bukunya tergolong stabil.
Kedekatan dengan Alquran selama masa kecil Afra kami tunjukkan dengan lebih sering membacakan tentang hikmah dari isi Alquran dalam buku-buku yang kami hadirkan di rumah. Setelah dia mulai gemar membaca, buku tentang sejarah Rasulullah dan kisah-kisah dari Alquran menjadi buku favoritnya juga selain buku komik.
Itulah metode dalam rumah kami. Pelan tapi pasti, sesuai dengan fitrah dan tahapan perkembangannya. InsyaAllah kami tidak risau dan percaya bahwa anak yang telah tumbuh baik fitrah belajar dan bernalarnya akan siap menerima tantangan belajar pada tahapan usia berikutnya.
![]() |
Suasana menghapal Alquran di pagi hari |
Alhamdulillah, sebuah anugerah ketika akhirnya kami mendapat info bahwa pada tahun ini SMP Tahfidz Khairunnas juga dibuka di Malang. Tak lain karena keempat hal di atas kami dapatkan pada SMP Tahfidz Khairunnas Malang. Bukan pesantren terkenal atau besar yang kami cari, tetapi yang sesuai dengan visi di keluarga kami dan sesuai dengan anak kami. Ditambah lagi, pesantren ini terbuka untuk semua golongan/ormas Islam. Tentram deh rasanya.
Belajar dengan Sistem Homeschooling
Sedikit berbeda dengan SMP Tahfidz Khairunnas Tuban, SMP Tahfidz Khairunnas Malang memakai sistem homeschooling untuk kegiatan belajar di SMP-nya. Jadi, pesantren ini bekerja sama dengan pihak Primagama Malang untuk penyelenggaraan belajar akademis/mata pelajaran umum. Asyiknya, mapel yang dipelajari tidak sebanyak di SMP pada umumnya dan tidak ada PR. Efektif dan efisien.
![]() |
Suasana kelas dengan sistem homeschooling |
Homeschooling adalah hal baru untuk Afra dan dia terlihat antusias saat hal itu dijelaskan oleh pimpinan Pesantren Khairunnas Malang, Ustaz Abi Nasir. Tentunya ujian belajar pada kelas homeschooling ini nantinya juga akan setara SMP pada umumnya. Ijazahnya juga diakui oleh negara.
Jika dihubungkan dengan kiprah Yayasan Nurul Hayat yang profesional, SMP Tahfidz Khairunnas Malang mungkin akan menjadi besar suatu hari nanti. InsyaAllah. Untuk tahun pelajaran ini saja, ada dua bangunan baru yang dijadikan ma’had (tempat belajar) alias gedung SMP karena jumlah santriwati yang lebih banyak dari tahun lalu.
Ehem, biayanya?
Kalau dilihat secara nominal, kami harus mengeluarkan biaya lebih banyak dibandingkan dengan biaya masuk sebuah pesantren yang sudah terkenal di Malang. Ini berdasarkan perbincangan saya dengan tetangga yang anaknya mondok di sebuah “pesantren terkenal” itu. Padahal SMP Tahfidz Khairunnas masih baru.
Alhamdulillah, itu tidak memberatkan kami. Sungguh Allah Maha Kaya. Sebenarnya, yang kami keluarkan itu bukan biaya tapi itu adalah hak Afra dan teman-teman yatim/dhuafa yang ada di sana. Merupakan sebuah kebanggaan saat kami bisa ikut berkontribusi dan menyaksikan pesantren ini menghasilkan para hafidzah yang belajar dengan ikhlas; belajar dalam kondisi yang sederhana tapi ceria.
![]() |
Sudah dibuka pendaftaran untuk santriwati tahun pelajaran 2020/2021, lho |
Selamat belajar, Anakku.
Semoga Allah SWT memudahkanmu dalam usaha menjaga kalam-Nya. Aamiin.
Salam,
Tatiek
Postingan ini diikutsertakan dalam program One Day One Post (ODOP) September 2019 by Estrilook Community.
#ODOPDay3