Permainan Rangku Alu yang Seru – Hai, teman-teman! Perkenalkan, namaku Gaspar. Aku berasal dari Kabupaten Manggarai, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Usiaku 10 tahun dan aku sangat suka bermain-main di alam terbuka.
Sekarang aku berada di halaman rumahku. Aku sedang menunggu Asep, sepupuku yang berasal dari Jawa Barat. Liburan sekolah ini, dia dan keluarganya mengunjungiku.
“Gaspar, aku sudah selesai sarapan. Mau kemana lagi kita hari ini?” tanya Asep sambil berlari ke arahku.
“Pagi ini kita bermain di halaman saja, ya?” jawabku.
Ya, dua hari sebelumnya aku sudah mengajak Asep berkeliling desaku yang indah.
“Kita bermain Rangku Alu saja,” tambahku.
“Rangku Alu?” ulang Asep.
“Iya. Itu adalah permainan khas dari daerah sini. Kata kakek, Rangku Alu awalnya dimainkan untuk merayakan hasil panen raya,” jawabku.
Aku menggandeng tangan Asep menuju sudut halaman. Di sana ada empat buah bambu yang bersandar di dinding rumah.
“Nah, kita nanti memakai bambu ini sebagai alatnya,” jelasku sambil meraih sebilah bambu berdiameter kecil tapi panjang.
“Wah, bambunya lebih tinggi dari kita,” kata Asep sambil ikut memegang bambu. Dia mendongak ke atas.
“Iya, panjangnya sekitar dua meter. Nanti ada empat orang anak yang akan memegang bambu-bambu ini,” lanjutku.
“Oh, kukira cuma kita berdua,” sahut Asep.
Sebentar kemudian ada empat orang temanku datang. Mereka adalah Urbanus, Frans, Daniel, dan Marius. Setelah kuperkenalkan dengan Asep, mereka bersiap memainkan Rangku Alu.
“Ayo, masing-masing pegang bambunya!” perintahku.
Asep asyik mengamati keempat temanku yang berjongkok sambil memegang ujung bambu dalam posisi mendatar. Mereka membentuk bidang persegi.
“Nah, lihat! Teman-temanku mulai menggerak-gerakkan bambunya, membuka dan menutup. Nanti, aku akan melompat di sela-selanya,” jelasku pada Asep.
Asep mengangguk-angguk paham. Sebentar kemudian, aku melompat-lompat di sela-sela bambu yang digerakkan seirama.
“Awas terjepit, Gaspar!” Asep setengah berteriak.
Aku tertawa kecil. Beberapa menit kemudian, aku meminta teman-temanku menghentikan gerakan bambunya.
“Kenapa berhenti?” tanya Urbanus.
“Tiba-tiba aku ingin pipis,” jawabku sambil nyengir.
Asep dan keempat temanku tertawa. Aku buru-buru berlari ke kamar kecil.
Setelah kembali, kulihat Asep sedang melompat-lompat sepertiku tadi. Wajahnya tampak senang. Aku mengacungkan jempol padanya.
“Hai, Gaspar! Aku ingat sekarang. Rangku Alu pernah dimainkan di sekolahku oleh anak-anak kelas 6,” teriak Asep sambil terus melompat.
“Wah, permainanku terkenal, dong,” jawabku.
Beberapa saat kemudian, Asep menjerit kecil. Rupanya kakinya terjepit. Aku dan teman-teman tertawa geli.
“Nah, kalau sudah terjepit, gantian kamu yang jaga,” jelasku.
Asep mengangguk-angguk. Sekarang dia menggantikan posisi Frans yang sekarang asyik melompat-lompat.
Daftar Isi
Manfaat Permainan Rangku Alu
Permainan Rangku Alu memang seru ya, teman-teman? Nah, ada tiga manfaat yang akan kita dapatkan dari permainan ini, lho.
1. Rangku Alu Melatih Konsentrasi
Tahukah kalian, kenapa Asep sampai terjepit kakinya? Ya, itu karena dia kurang berkonsentrasi. Nah, berkonsentrasi artinya memusatkan perhatian atau pikiran pada suatu hal. Dengan bermain Rangku Alu, kita akan terlatih untuk memusatkan perhatian antara gerakan kaki kita dengan gerak bambu yang membuka dan menutup itu.
2. Melatih Kelincahan
Teman-teman pasti senang jika menjadi anak yang lincah. Nah, permainan Rangku Alu mengajarkan kita untuk bisa bergerak cepat dari satu sisi ke sisi yang lain, tapi kita tidak boleh kehilangan keseimbangan. Wah, kancil bisa kalah, tuh!
3. Melatih Ketangkasan Tubuh
Saat kita melompat-lompat di antara gerakan bambu, kita sesungguhnya sedang berlatih menggerakkan otot-otot kaki kita. Kita juga sedang melatih tubuh untuk terus bertahan dan melompat selama mungkin. Lompatan kita yang terorganisir itu sama dengan gerakan pada olahraga, lho. Asyik, kita jadi lebih sehat!
Selamat mencoba permainan Rangku Alu ya, teman-teman!
Salam,
Tulisan ini pernah diterbitkan dalam buku antologi “Keseruan Permainan Tradisional di 34 Provinsi di Indonesia” oleh Komunitas Wonderland Family (2019)