Memasuki tantangan hari ke-10 #BPN30DayChallenge, ada pilihan tema untuk dituliskan. Boleh buku, film, atau musik favorit. Seperti biasa: menyebutkan 5 jenis. Hmm… saya memilih untuk membahas tentang film kesukaan saja, deh. Tepatnya adalah 5 film animasi kesukaan anak sulung saya, Afra.
Pada postingan sebelumnya, saya pernah membahas film kesukaan saya sendiri, juga hal-hal tentang saya melulu. Nah, sebagai emak yang baik, saya harus menyebut anak juga, dong. Hehe…
Afra (11 tahun), selain suka membaca buku, juga lumayan suka menonton film animasi. Biasanya, dia menonton di akhir pekan bersama saya atau si Abi. Hanya menonton di rumah, sih. Dia baru sekali saja saya ajak ke bioskop. So, menonton film animasi baginya adalah hiburan yang murah meriah. Ditemani menonton saja dia begitu gembira.
5 film animasi yang saya sebutkan di sini adalah produksi Amerika dan Eropa. Maunya sih yang produksi anak negeri juga seperti The Battle of Surabaya atau Si Juki The Movie. Apalah daya kami belum bisa mengajak Afra ke bioskop untuk menonton dua film tersebut. Pas filmnya tayang di televisi pun terlewat. Ya sudahlah… Nanti kami rencanakan lagi untuk menonton dua film itu via aplikasi di ponsel saja, Insya Allah ๐
By the way, pernah ada beberapa teman yang berpendapat bahwa film animasi dari barat itu berbahaya. Nanti terpengaruh ini-itu-anu…bla bla bla… Mereka (sepertinya) memilih untuk tidak menonton sama sekali. Hmm… boleh-boleh saja sih waspada. Tapi saya dan suami tidak sepakat dengan prinsip mendidik anak yang seperti itu: sterilisasi. Alias tidak bersentuhan sama sekali dengan nilai-nilai dan realita dari luar sana.
Jadi, saya dan suami bersepakat bahwa menonton film animasi pun adalah bagian dari mendidik anak dari rumah. Banyak nilai kebaikan dan edukasi yang bisa dipelajari dari film-film animasi yang kami tonton bersama. Sebagaimana buku yang merupakan jendela dunia, film-film yang ditonton Afra adalah pintu ajaib baginya untuk mengetahui sisi lain dunia juga.
Kami memilih untuk meng-imunisasi, bukan sterilisasi. Si anak harus dipastikan mengenal adab, akhlak, dan tumbuh baik fitrah belajarnya. Itu adalah bekal dasar. Jadi, saat nanti dia menemukan hal-hal baru di film itu, dia akan terdorong untuk bertanya. Lalu, terjadilah diskusi seru antara anak dan orang tua. Wawasan dan pengetahuan si anak pun menjadi semakin kaya dengan cara yang menyenangkan.
Alhamdulillah, sejauh ini, bahaya yang terlalu dikhawatirkan (para orang tua di atas) itu tidak terjadi pada anak kami. Ya, jika anak sudah punya ‘senjata’, jangan takut untuk melepasnya bertualang menghadapi dunia ๐
Oke deh… Inilah dia film kesukaan Afra. Sesuai perintah, saya sebutkan 5 saja, ya.
1. Legend of the Guardians: The Owls of Ga’Hoole
Biasanya, burung yang digambarkan sebagai jagoan di film-film adalah Burung Garuda atau Burung Elang. Tapi film yang diproduksi oleh Warner Bros dan tayang di Indonesia pada tahun 2010 ini menceritakan bahwa Burung Hantu pun bisa jadi pahlawan. Memang di situlah daya tariknya menurut saya. Jika saja film ini bukan film animasi, mungkin jalan ceritanya akan biasa saja.
Lewat film ini, Afra jadi tahu bahwa Burung Hantu pun bentuknya bermacam-macam. Ada yang cantik juga, tidak melulu berbulu gelap. Adalah tiga bersaudara yang tinggal di hutan Tyto bersama orang tua mereka; Kludd, Soren, dan Eglantine. Ayah ibu mereka mendidik dengan bijaksana, sayangnya si sulung Kludd iri pada adiknya, Soren. Duh, sibling rivalry!
![]() |
Rasa iri yang berbahaya itu sampai membuat Kludd memilih bertarung melawan adiknya sendiri. Soren berada di pihak yang benar bersama pasukan The Guardians Ga’Hoole, sementara Kludd menjadi anak buah Pure Ones yang jahat.
Hasil akhirnya bisa ditebak lah ๐ Afra pun belajar tentang menjadi sosok yang baik, sayang kepada saudara, dan berani berkorban demi kebenaran. Sip, pokoknya. Saya sendiri tidak bosan menonton ulang film petualangan yang seru ini.
2. How to Train Your Dragon
Menjadi seorang bocah Viking, apalagi anak kepala desa, adalah hal yang tidak mudah bagi Hiccup pada awalnya. Ya, karena dia adalah tipe anak pembelajar, bukan petarung. Teman-teman sebayanya sudah dilatih sejak dini untuk membunuh para naga pengganggu desa, eh… si Hiccup tak kunjung bisa melakukannya.
Jalan hidupnya berubah setelah Hiccup tidak sengaja menangkap seekor Naga berjenis Night Fury. Alih-alih berlatih membunuh, Hiccup akhirnya bersahabat dengan naga tersebut yang diberi nama Toothless. Ketekunan Hiccup belajar dan meneliti tidak sia-sia. Bahkan dia akhirnya menjadi pahlawan desa bersama Toothless setelah melewati pertarungan mendebarkan.
Dari film ini, Afra belajar tentang kesabaran saat dicemooh teman, tentang persahabatan dengan hewan, kreatifitas, kepemimpinan, dan menjadi pahlawan walaupun nyaris mengorbankan nyawa. Pokoknya, nyaris komplit deh pesan moral dari film yang diadaptasi dari bukunya Cressida Cowell ini.
Duh, berasa ingin menjadikan Hiccup sebagai menantu ๐ Sekuel kedua dan ketiga film yang diproduksi DreamWorks Animation ini pun tidak kalah menariknya, lho.
3. Rio
All the birds of a feather
Do what they love most of all
We are the best at rhythm and laughter
That’s why we love carnival
All so free we can sing to
Sun and beaches, they call
Dance to the music, passion and love
Show us the best you can do
Original soundtrack film yang diproduksi oleh 20th Century Fox dan Blue Sky Studios ini terus terngiang-ngiang. Ceria dan penuh warna. Yeah, film tentang burung lagi ๐
Kali ini yang menjadi lakone adalah Burung Blue Macaw yang langka bernama Blu. Dia adalah burung pintar peliharaan Linda, seorang gadis cantik pemilik toko buku di Amerika. Takdir membuat Blu berjodoh dengan Jewel, seekor Burung Blue Macaw betina cantik yang berada di Rio de Janeiro, Brasil. Semua berawal dari pertemuan Linda dengan Tulio, seorang ahli ‘dunia perburungan’ yang merawat Jewel.
Di Rio lah segala cerita dan petualangan seru Blu bermula. Banyak adegan lucu juga, sih. Lagi-lagi Afra belajar tentang penyesuaian diri, keberanian, persahabatan, pengorbanan, dan pernak-pernik tentang Brasil. Film ini juga punya sekuel kedua yang tidak kalah bagusnya.
4. Tangled
Seperti apakah tumbuh kembang seorang anak jika dia dikurung terus di dalam rumah dan tidak pernah bersentuhan dengan dunia luar? Pasti akan terganggu dong, ya. Iya sih. Orang tua -terutama ibu- adalah center of the universe di awal usia seorang anak. Tapi seiring bertambahnya umur, anak pun perlu mengenal the real universe di luar sana.
Itu sih teorinya ๐
Sebuah teori yang tidak berlaku bagi Rapunzel. Sejak bayi, dia dikurung di sebuah menara tinggi oleh Mother Gothel, ibu angkatnya. Ibunya itu berkata bahwa orang-orang di luar sana berbahaya dan jahat-jahat. Tentu saja Rapunzel menurut saja.
Anak perempuan berambut pirang itu pun menghabiskan hari-harinya di dalam menara. Dia belajar segala hal dengan semangat, ditemani oleh seekor bunglon lucu bernama Pascal. Mulai dari beberes rumah, melukis, memasak, menjahit baju, sampai membaca tumpukan buku dilakukannya dengan ceria.
Boleh juga nih homeschooling yang diterapkan oleh Mother Gothel, hehe… Lha Rapunzel tetap bisa terlihat menguasai multiple intelligence begitu. Termasuk berayun-ayun dengan lincah menggunakan rambut panjang ajaibnya yang memang tidak pernah dipotong sejak bayi.
Hmm… rambut panjang dan larangan keluar rumah memang siasat Mother Gothel untuk menguasai Rapunzel. Dia tidak ingin Sang Putri kerajaan itu kembali ke istananya. Tapi… rencana abadi Mother Gothel berubah saat Eugene Fitzherbert alias Flynn Rider datang ke menara itu secara tak sengaja.
Yuhuuu… keseruan petualangan pun dimulai. Kalau yang seperti ini sih saya seneng banget ๐ Karena pertemuan Rapunzel dan Eugene bukan kisah romansa biasa. Di sini lah saya menjelaskan kepada Afra tentang rasa ingin tahu, tentang kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik, dan tentang mengungkap kebenaran yang butuh keberanian. Teteup… ada lucu-lucunya, misalnya saat Flynn masih bermusuhan dengan Maximus, si kuda Istana.
All those days watching from the windows
All those years outside looking in
All that time never even knowing
Just how blind I’ve been
Now I’m here blinking in the starlight
Now I’m here suddenly I see
Standing here it’s all so clear
I’m where I’m meant to be
Kalau Original Soundtrack berjudul I See The Light di atas mah saya yang suka, hehe. Selain kedalaman makna liriknya, penyanyinya pernah jadi idola saya sewaktu masih ABG dulu. Afra cuma manggut-manggut saja menyaksikan saya bernostalgia dengan Mandy Moore, si penyanyi sekaligus pengisi suara Rapunzel ๐
5. A Turtle’s Tale: Sammy’s Adventures
โHumans are strange creatures. Others make a mess, while others clean it up.โ
Duh, yang mengucapkan itu adalah seekor penyu jantan di dalam sebuah film, dengan judul seperti di atas. Ada juga sih yang menyebut dengan judul lain: Sammy’s Adventure: The Secret Passage.
Yups, dari judulnya saja bisa ditebak bahwa ini adalah film kartun tentang petualangan. Adalah Sammy, seekor penyu yang hampir mati dimangsa burung-burung camar ketika ia baru menetas dari telurnya. Untunglah, ia masih bisa menyelamatkan diri.
Momen baru menetas itu mempertemukan Sammy dan Shelly, seekor penyu betina. Sayangnya, mereka terpisahkan dan baru bertemu lagi setelah bertahun-tahun kemudian. Ini so sweet juga, lho. Berpetualang di lautan dan berujung pada sebuah pertemuan yang dirindukan. Apalagi sosok Sammy dan Shelly terlihat imut-imut, deh.
Petualangan yang awalnya tidak mudah. Apalagi teman-teman Sammy menakut-nakuti tentang bahaya predator buas di lautan, seperti Barracuda. Tapi tekad Sammy sudah bulat. Ditemani Ray, sahabatnya, Sammy pun mulai menjelajahi lautan luas.
Banyak hal dan hewan lain yang ditemui Sammy di sepanjang perjalanannya. Termasuk tentang pemanasan global yang juga berdampak pada ekosistem di lautan. Penyebab utamanya adalah manusia. Hiks. Sama maksudnya seperti quote di atas.
Melalui film ini, Afra saya ajak berpikir tentang tekad baja, asyiknya berpetualang, dan mengenal isi lautan lebih mendalam. Film produksi negara Perancis dan Belgia ini tidak kalah bagusnya dengan film animasinya para sineas Hollywood.
๐ฝ๏ธ ๐ฌ ๐ฅ ๐๏ธ
Nah, itulah 5 film animasi kesukaan anak saya dan sekaligus saya sukai. Sekali lagi, perlu pendampingan orang tua jika menonton film impor seperti ini. Ambil sisi baiknya dan jelaskan secara gamblang kepada anak tentang hal-hal tak biasa yang ditemukan di film. Misalnya di film Rio, banyak orang berbikini pada saat di pantai atau karnaval. Emaknya jadi harus belajar tentang budaya di Brasil ๐
Apakah teman-teman juga suka menonton film animasi? Boleh dong disebutkan. Sebagai bahan rekomendasi nonton, euy!
Salam pecinta film animasi,
#BPN30DayChallenge2018
#BloggerPerempuan
#Day10
#TentangFilmKesukaanAnak